“Tak disangka ya, kita bisa sampai ke jenjang ini.”, ucap Tita. “Iya, tapi kamu gak menyesal, kan?”, tanya Kevin. “Ya enggak lah. Aku siap menjalani hidup sama kamu.”, sahut Tita sambil menatap cincin emas di jari manisnya. Kevin dan Tita baru saja menikah satu hari yang lalu setelah menjalin kasih selama 7 tahun. Sebenarnya, cerita cinta mereka telah dimulai sejak keduanya berkenalan saat masih duduk di bangku SMP. Mereka dipaksa duduk bersebelahan oleh sang wali kelas, dengan alasan agar Tita dapat membantu Kevin belajar. Tita adalah juara bertahan di kelas sejak SD, sementara Kevin adalah anak yang pemalas dan sering mencontek. Prestasinya pun tidak membanggakan.
Keputusan wali kelas untuk menempatkan Kevin dan Tita bersebelahan pun membuahkan hasil. Satu tahun kemudian, tepatnya kelas 2 SMP, Kevin telah berubah 180 derajat menjadi murid yang rajin dan patuh pada guru. Ia juga mulai bersahabat dengan Tita. Persahabatan ini berlanjut ketika mereka diterima di SMA yang sama. Sayangnya, saat kelulusan, keduanya kecewa karena mereka diterima di universitas yang berbeda. Kevin diterima di salah satu universitas di Jakarta, dan Tita diterima di universitas impiannya di Depok. “Tak apalah, kita tetap bisa main bareng kok, Ta. Walaupun berbeda kota, jarak kampusku ke kampusmu hanya 2 jam perjalanan pakai motor, kalau macet paling 3 jam.”, ujar Kevin. “Iya sih, ya sudah, yang penting jangan lupain aku ya!”, jawab Tita. “Wah itu sih, lihat nanti ya…”, ujar Kevin disusul cubitan kecil dari Tita di lengannya. Kevin pun tertawa.
Seminggu sebelum Tita memulai masa perkuliahan, ia meminta Kevin untuk membantunya membawa barang-barang yang diperlukan ke apartemennya. Kevin pun menyanggupi. Setelah selesai memindahkan barang, Kevin dan Tita pun memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran. “Ta, aku mau ngomong. Tapi kamu janji dulu jangan marah sama aku, ya?”, ujar Kevin tiba-tiba. “Hah? Iya, kenapa Vin?”, tanya Tita sambil mengaduk minumannya. “Sebenarnya aku suka sama kamu, sudah lama sejak SMA. Tapi aku takut mengutarakannya. Takut kamu jadi marah dan kita berhenti bersahabat. Dan ada satu hal yang aku mau tanyakan ke kamu, Ta. Semoga kamu gak benci aku karena ini. Apakah kamu mau jadi pacarku?”, ucap Kevin terbata-bata. Mukanya memerah dan tangannya gemetar. Keduanya hening sejenak, kemudian Tita mulai bicara. “Vin,”, ucapnya sambil memegang tangan Kevin. “Sebenarnya… aku juga suka sama kamu, dan aku juga takut kalau kamu tahu kita akan berhenti bersahabat. Aku mau jadi pacar kamu. Kita jadi pacar dan sahabat sekaligus, ya?”, lanjut Tita. Kevin terperangah, ia mengangguk dan tersenyum lebar. Sejak saat itu, Kevin dan Tita memulai hubungan sebagai pasangan kekasih.
Jalinan kasih mereka terus berlanjut sampai keduanya lulus kuliah dari universitas masing-masing. Meskipun jarang bertemu, mereka tetap percaya satu sama lain dan tetap saling menyayangi. Tak disangka, setelah lulus mereka diterima kerja di perusahaan berbeda yang gedungnya terletak bersebelahan. Mereka pun menyempatkan bertemu setiap makan siang, dan Kevin selalu menjemput dan mengantar Tita pulang. Seiring berjalannya waktu, Tita memberanikan diri untuk bertanya kepada Kevin mengenai rencananya melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Namun setiap Tita bertanya, Kevin hanya tertawa sambil berkata “Kapan-kapan deh”. Tita ikut tertawa, namun dalam lubuk hatinya ia kecewa, karena nampaknya sang kekasih tidak ingin melanjutkan hubungan lebih jauh lagi.
Tiga tahun kemudian, tepat 7 tahun mereka menjalin kasih, Kevin dan orang tuanya datang ke rumah Tita. Tak disangka, Kevin melamar Tita hari itu. Hubungan mereka memang sudah direstui orang tua masing-masing, sehingga keputusan Kevin tentu membuat orang tua Tita bahagia. Tita langsung menerima lamaran Kevin tanpa banyak berpikir, karena ia sudah menunggu-nunggu saat ini sejak lama. Empat bulan kemudian, Kevin dan Tita pun menggelar pernikahan mereka, dan mereka resmi menjadi sepasang suami istri.